OBE……….Sebuah Panggilan Solidaritas

Obe adalah sebuah alat yang dibunyikan sebagai tanda untuk memanggil masyarakat Lewotobi agar berkumpul. Jika ditiup dengan teknik yang tepat maka ia seperti sebuah alunan musik yang sangat indahGambar

Suara #Obe# adalah tanda sekaligus simbol. Obe adalah sebuah cangkang dari siput besar yang dalam Bahasa daerah disebut kima witi. Untuk mendapatkan siput ini , untuk ukuran besar sangat sulit. Karna saat air laut surut, saat masyarakat “berkarang”--mencari ikan di cela-cela karang, dan biasanya menemukan siput ini, maka nasibnya, siput ini tidak akan jadi besar karna akan cepat dieksekusi. 

Untuk mendapat siput yang besar biasanya di laut yang lebih mendalam.

Fungsi #Obe# ini secara turun temurun digunakan untuk :

Informasi dari para Nelayan saat mereka berhasil menangkap Ikan hiu. Bunyi Obe adalah tanda dan panggilan bagi masyarakat untuk bergegas ke pantai membantu para nelayan

sebagai tanda ke masyarakat untuk diam mendengarkan pengumuman baik dari pemerintah, Gereja maupun tokoh masyarakat.

Refleksi tentang Obe.

Saat evaluasi program Tanggap Bencana di Lewotobi yang dilakukan oleh Team HEA dari Word Vision, dan kebetulan saya lagi libur dan terlibat dalam evaluasi ini. Saat ditanya tentang makna Obe, semua peserta kurang memahami tentang makna obe ini. Bagi mereka Obe adalah tanda memanggil masyarakat untuk berkumpul.

Saya pun menjelaskan ke Team dan masyarakat tentang makna #Obe#.

 

Secara etimologis, Obe dari kata Ohhhh dan Ba. Ohhhhh adalah seruan panggilan di awal sebelum sebuah pesan disampaikan. Ohhhhh harus dijawab oleh pihak penerima pesan dan sesudah dijawab baru pesan disampaikan. Ba… adalah sapaan untuk kamu lelaki. Ba dari kata Babe… Secara etimologis Obe artinya Ohhh Babe…. wahai anak mudah wahai kamu lelaki.

dari Fungsi kegunaan dan arti etimologis Obe ini maka bagi penulis Obe adalah sebuah refleksi panggilan solidaritas. Kaum lelaki dipanggil untuk bersatu dalam sebuah pekerjaan, dalam semangat gotongroyong. Namun panggilan ini tidak hanya untuk kaum lelaki saja tetapi juga untuk kamu perempuan. Masyarakat dipanggil untuk bersatu dan bersama dalam sebuah totalitas solidaritas.

Obe…Ohh Babe adalah seruan dan panggilan untuk kaum generasi mudah agar kembali membangun kampung halaman. Dan seruan itu pun harus direspon dalam “ketergegasan”. Artinya ada dinamika, ada langkah awal untuk bergerak maju.

Cara merespon pesan adalah saat kesadaran orang untuk diam dan mendengarkan tanda sebelum pesan itu disampaikan. Tanda mengawali pesan  merupakan sebuah warisan kesadaran dari nenek moyang bagi masyarakat untuk peka dan menghormati para pembawa pesan itu.

Saat pesan diterima, pesan itu harus berdaya makna yakni ada respon, ada tindakan.

Bagi penulis, makan OBe diangkat dalam tulisan ini untuk menyadarkan kembali anak tanah untuk kembali menyadari keterpanggilan kita dalam membangun kampung halaman. Hidup dalam warisan budaya menempatkan sekian banyak tanda di awal pesan dan bagaimana kita bijaksana menyikapi itu.

Obe… sebuah panggilan Solidaritas……

 

Kumpulan tulisan tentang Warisan Budaya Lewotobi- Lamaholot

 

Uran Oncu

Anak petani pengagum Soekarno..

 

Dipublikasi di Bakso Ikan | Tag , , | Meninggalkan komentar

Merajut Mimpi di Kardus Bekas

Seorang boca sedang asyik mengumpulkan bekas-bekas kardus kota nasi dan botol aqua. Sementara adiknya sedang asyik berebutan sapu dengan ibunya untuk menyapu sampah. Adiknya memisahkan kantong sampah dari plastic dan sang kakak dengan cekatan mengambil bekas botol aqua gelas. “Ayo deeee, cepatan…senyum mereka sangat ceria.

Aku tertegun menatap moment ini. Sangat menarik.

Semuanya berawal dari sini…..

Berlokasi di Kolong Tol RW 13 Penjaringan, hari ini, Sabtu, 08 Maret 2014 diluncurkan Bank Sampah “ Maju Bersama”.  Menurut Lurah Penjaringan Bapak Suranta, Bank Sampah merupakan sebuah Indikator bagi upaya menggapai Adipura. Namun tegasnya lebih jauh, Adipura adalah sebuah proses akhir dari proses kesadaran warga dalam kemitraan bersama membangun sebuah perubahaan menuju Jakarta baru. Hal yang sama pun ditegaskan oleh National Resources Departmen Director  World Vision bahwa Jakarta baru adalah Jakarta yang menghadirkan sebuah kota yang layak bagi anak-anak.

Perjuangan mewujudkan Bank Sampah merupakan sebuah perjalanan  membangkitkan kembali harapan yang pudar, menata kembali tapak-tapak yang  yang tergerus oleh hilangnya mimpi, mimpi tentang harapan itu. Bank Sampah pernah hadir dengan focus pada pengolahan limbah rumah tangga yang dibuat menjadi kompos selain menjual barang-barang bekas seperti botol plastic, kardus, besi tua.  Perjalanan waktu menghantar wajah Bank Sampah ini menjadi murung, berdebu dan tidak  terawat di kolong told an sepertinya hanya menjadi etalase dari sebuah proses yang pernah hadir dan ada.

Apakah harapan itu sepenuhnya pudar, hilang, apakah mimpi itu tidak berbekas lagi di setiap catatan lembaran waktu? Sebuah pertanyaan reflektif di awal perbincangan  saat Wahana Visi Indonesia hadir dalam kemitraan dengan International  Global Compact Network (IGCN), bekerjasama dengan masyarakat 13  dan Kelurahan Penjaringan, menghidupkan kembali harapan ini. Melalui sebuah proses yang cukup panjang Bank Sampah kembali hidup dengan sentuhan teknologi pengolahan sampah plastik menjadi biji plastik. Keputusasaan akan hari esok dengan berpijak hari kemarin kadang membuat orang enggan melangkah maju namun setiap perubahaan itu harus segerah dimulai. Sebagaimana dilukiskan oleh kelompok teater RW 07 Penjaringan dalam acara peluncuran ini, bahwa kemarin “kami menangis kelaparan tetapi hari ini kami tersenyum karna dari sampah kami belajar hidup”.

Proses belajar menegaskan bahwa perubahaan itu butuh kemitraan. Pak Tri Tanto, ketua RW 13 Penjaringan menaruh harapan dan berkomitmen bersama warga RW 13 Pejaringan serta warga Kelurahan Penjaringan umumnya  menjadikan Bank Sampah ini sebuah media perubahaan. Kegagalan hari kemarin adalah kisah kebijasanaan yang terpendam untuk sebuah langkah perubahaan baru. Dalam nada yang sama Vice Presiden IGCN – sebagai  Jaringan local dari United Nations Global Compact (UNGC) yang didirikan oleh Kofi Annan pada tanggal 26  Juli 2000- Ibu Nuning S Barwa menegaskan bahwa IGCN hanyalah alat yang Tuhan pakai untuk mengajak semua orang mewujudkan sebuah perubahaan. Lebih lanjut ditegaskan bahwa kemitraan dari perusahaan-perusahaan seperti APP Asia Pulp & Paper Group (APP)*, PT CMNP (Citra Marga Nusantara Persada) tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh masyarakat sebagai pelaku utama dari perubahaan itu.

Berkaitan dengan dukungan dari masyarakat, Bapak Khalit, Sekertaris Kecamatan Penjaringan yang bertugas mewakili Bapak Camat Penjaringan Rusdianto dalam meresmikan Bank Sampah ini dihadapan 500 warga dan tamu undangan mengharapkan peran serta masyarakat Penjaringan bukan hanya dari RW 13 saja agar terlibat aktif dalam memajukan Bank Sampah ini agar dari sini akan muncul Bank Sampah di setiap RW dan di seluruh Kelurahan dalam wilayah Kecamatan Penjaringan.

Semuanya berawal dari sini, kata Bapak Ujang Imron Manager Bank Sampah saat kehadiran semua pihak baik LSM seperti Wahana Visi Indonesia dan mitranya IGCN, pemerintah yang telah membukakan jalan, membangkitkan harapan itu  sehingga hari ini menjadi peristiwa sebuah kemajuan. Seperti gerimis yang mewarnai upacara seremonial ini, hujan berkat pun akan tiba. Lagit mendung bergelayut di atas Penjaringan perlahan sirna karna  semuanya melukiskan tentang  keindahan dari Kemitraan, keteguhan Iman mewujudkan mimpi dan….

 

“Mama aku dapat 7000 dari hasil penjualan kardus bekas dan botol plastic,” teriak si boca di ujung jalan bergegas menemui ibunya.

 

*APP adalah nama dagang untuk sekelompok perusahaan manufaktur pulp dan kertas di Indonesia dan China

 

Penulis

 

URAN, Oncu

 

Sumber Foto : Uran Oncu

 

Gambar

 

Gambar

 

 Gambar

 

 

 

Dipublikasi di Bakso Ikan | Tag , , , , , , | Meninggalkan komentar

“Siapa pun yang pernah terlibat serius dalam karya Ilmiah apa pun pasti tahu bahwa di bagian atas gerbang kuil ilmu pengetahuan tertulis kata-kata:

“Engkau harus punya keyakinan”

 

Max Planck, Pemenang hadiah Nobel 1918 dalam bidang Fisika

dari Buku Change Your Mind oleh Aswar SaputraGambar

Sumber Foto : Uran Oncu

Dipublikasi pada oleh uranoncu | Meninggalkan komentar

Pola Pikir

”Pola pikir keajaiban adalah berperilaku seperti seseorang yang tidak mengenal takut, berniat baik, polos, dan, yang terpenting, tidak rapuh. Ia mendengarkan bimbingan dalam dirinya dan mengikuti semua dorongan menuju cinta kasih serta tindakan konstruktif, seaneh dan setidak cocok apapun tampaknya hal itu bagi egonya”

Carolyn Miller dalam , Saputra Aswar ” Change Your Mind”

 

"terus tersenyum dalam keterbatasan" Sumber Foto : Uran Oncu

Dipublikasi di Kumpulan Peremenungan | Meninggalkan komentar

” Pola pikir ke…

” Pola pikir keajaiban adalah berperilaku seperti seseorang yang tidak mengenal takut, berniat baik, polos, dan, yang terpenting, tidak rapuh. Ia mendengarkan bimbingan dalam dirinya dan mengikuti semua dorongan menuju cinta kasih serta tindakan konstruktif, seaneh dan setidak cocok apapun tampaknya hal itu bagi egonya”

Carolyn Miller dalam , Saputra Aswar ” Change Your Mind”

Dipublikasi di Bakso Ikan | Tag , | Meninggalkan komentar

” Pola pikir ke…

” Pola pikir keajaiban adalah berperilaku seperti seseorang yang tidak mengenal takut, berniat baik, polos, dan, yang terpenting, tidak rapuh. Ia mendengarkan bimbingan dalam dirinya dan mengikuti semua dorongan menuju cinta kasih serta tindakan konstruktif, seaneh dan setidak cocok apapun tampaknya hal itu bagi egonya”

Carolyn Miller dalam , Saputra Aswar ” Change Your Mind”

Dipublikasi di Bakso Ikan | Meninggalkan komentar

Lokasi Lewotobi-Ilebura Flores Timur

Lokasi Lewotobi-Ilebura Flores Timur. Sumber Foto : Uran Oncu

Dipublikasi di Bakso Ikan | Meninggalkan komentar

Panorama Pantai Lewotobi

Lokasi Lewotobi-Flores Timur. Desember 2013

Dipublikasi di Bakso Ikan | Tag , | Meninggalkan komentar

Ritus Penerimaan Tamu

Ritus Penerimaan Tamu

Foto-foto Penerimaan Tamu penting. Acara peletakan Batu pertama Pembangunan Gereja Lewotobi

Dipublikasi di Bakso Ikan | Tag , , , | Meninggalkan komentar

Gantikan Chanel TV dengan Film Dokumenter

Selama liburan Natal saya mengamati fenomena masyarakat desa yang sangat menarik, baik pada orang tua maupun anak-anak. Setiap sore menjelang malam mereka telah siap-siap duduk di depan TV. Buku-buku cerita dibuang jauh-jauh (utuk mewakili bahwa mereka tidak mempunyai buku cerita). Acara yang mereka tonton adalah Putri Duyung. Sebuah kisah mitos, bentuk pembodohan jika tidak dijelaskan makna hiburan tersebut.
Fenomena ini sangat menarik. Ternyata ini bukan hanya melanda anak-anak di desa tetapi di kota pun anak-anak maupun dewasa lebih senang menonton sinetron. Waktu untuk membacakan buku, berbagi cerita dengan anak-anak menjadi sesuatu yang sangat langkah.
Ruang dan waktu bagi anak-anak untuk memaknai sebuah kisah, peristiwa dalam terang solidaritas baik di lingkungan keluarga apalagi masyarakat semakin tengelam dalam ketidakpedulian dan kebodohan berjemaah.
Pesan moral, menurut seorang ibu ( sebut saja Bu Sri) tidak lagi mempan bagi anak-anak. Baginya, anak-anak lebih suka mencari kebenaran dari berita di TV, di internet ketimbang berdiskusi dengan orang tua.Waktu makan bersama dapat dihargai Rp. 5000 alias kasih uang jajan, habis perkara.

Bagaimana dengan jam belajar anak? “ saya sih menemani anak belajar tetapi sambil nonton TV, nonton YKS acara kesayangan saya” timpal seorang Ibu.
Inilah sepenggal potret wajah dunia pendidikan , sebuah konstruksi bangunan social yang tidak akan pernah selesai dibangun karna rancangannya telah diganti dengan komersialisasi pendidikan, telah diganti dengan kebodohan public atas tayangan-tayangan TV. Masyarakat dengan mudah membiarkan diri dan anak-anaknya larut dalam pembodohan sisitimatis dari empunya modal melalui tayangan –tayangan yang tidak mendidik.

Menyadari ini, dalam diskusi dengan beberapa orang tua, penulis menawarkan sebuah konsep “ Menonton Flm Dokumenter bersama Keluarga atau membacakan buku cerita bersama keluarga”.
Kebiasaan menonton coba diahlikan dengan menonton film-film yang menginspirasi dan setelah itu dorong anak-anak untuk menulis kembali pesan apa yang dia tangkap dari kisah tersebut. Untuk itu perlu ada kerjasama dan dukungan dari sekolah dan dari pemerintah melalui jam belajar yang mana setiap masyarakat harus mendukung.

Semoga menginspirasi anda.

Catatan lepas anak petani

Dipublikasi di Pendidikan | Tag , , , | Meninggalkan komentar